BerandaDaerahDua Anak Usia Sekolah di Bintuni Ini Keliling Jual Ikan Cukupi Kebutuhan...

Dua Anak Usia Sekolah di Bintuni Ini Keliling Jual Ikan Cukupi Kebutuhan Sehari-hari

BINTUNI, JAGAMELANESIA.COM – Dua anak usia sekolah nampak memikul ikan keliling Kota Bintuni pagi ini, Jumat (28/10/2022). Keduanya yakni Yeni dan Nebu anak Kali Kabur, Bintuni, Papua Barat mengaku rela bekerja menjual ikan demi membantu keluarga untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

“Harusnya kami ke sekolah belajar seperti anak-anak lain tetapi bagaimana bisa jika di rumah kami tidak ada beras dan minyak goreng. Makanya kami berdua harus membantu orang tua kami menjual ikan keliling kota Bintuni untuk cukupi kebutuhan rumah kami,” kata Yeni dan Nebu kepada jagamelanesia.com, Jumat (28/10/2022).

Ikan milik Yeni dan Nebu itu dijual dengan harga bervariasi. Menurutnya, jika ikan yang dibawanya habis terjual maka dirinya dan Nebu akan membawa uang hasil jualan sebesar Rp 500.000,-

“Satu ikat tali ikan Sembilang putih harganya Rp 30.000,- untuk ikan bersisik harganya Rp 50.000,-“ katanya. Jika tidak habis kami hanya bawa pulang uang Rp 200.000,- Uang itu kami bisa beli beras 15 kg seharga Rp 200.000,-“ kata Yeni.

“Kami pulang ke rumah tetapi bus sekolah sudah berjalan, kami harus menunggu besok baru ke sekolah. Tapi tidak apa kalau kami tidak jualan ikan kami tidak bisa beli beras dan minyak untuk rumah kami jadi tidak Papa,” kata Nebu.

Kondisi ini mempertegas bahwa masalah pendidikan masih banyak membutuhkan perhatian pemerintah daerah. Terlebih, Kabupaten Teluk Bintuni merupakan penghasil SDA yang melimpah hingga banyak industri berdiri di kota ini.

Selain itu, adanya kebijakan Otonomi Khusus bagi Papua Barat juga memberikan perhatian yang cukup besar bagi sektor pendidikan termasuk adanya alokasi Dana Bagi Hasil (DBH) Minyak dan Gas Alam.

Salah seorang warga Bintuni, Maikel Werbete menyampaikan meskipun dalam beberapa waktu terakhir banyak program dari pemerintah untuk mengangkat perekonomian masyarakat desa di kota Bintuni, namun dampak kondisi ekonomi keluarga terhadap masalah pendidikan anak masih terjadi.

“Perlu ada evaluasi, faktanya masyarakat dari kampung cenderung urban atau pindah ke kota karena di daerahnya sendiri minim pembeli. Dengan evaluasi itu, diharapkan simpul-simpul ekonomi selama ini yang hanya terjadi di daerah perkotaan dapat terurai,” ujarnya.

“Artinya kemiskinan masih ada di Kota Bintuni. Kondisi ini cukup ironis karena terjadi terhadap daerah penghasil migas terbesar di Papua Barat ini,” imbuhnya. (MW)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru