JAGAMELANESIA.COM – Senator Papua Barat Filep Wamafma meminta semua pihak terutama pemerintah daerah untuk serius memperhatikan kelestarian cagar budaya di tanah Papua. Menurut Filep, cagar budaya merupakan bagian dari warisan, jati diri sekaligus peradaban Papua yang harus dilindungi dari ancaman kepunahan.
“Saya berharap para intelektual, politikus dan juga para birokrat serta akademisi perlu fokus berbicara, melakukan upaya-upaya untuk melindungi dan memelihara cagar budaya, situs-situs bersejarah di tanah Papua. Hal ini sangat penting, karena cagar budaya memiliki nilai-nilai historis dan peradaban yang merupakan identitas kita di Papua,” ujar Filep, Jumat (26/8/2022).
Filep menuturkan, keberadaan cagar budaya Papua kini terancam punah karena kurang diperhatikan, terlebih di era saat ini banyak perubahan terjadi begitu cepat. Menurut Pimpinan Komite I DPD RI ini, cagar budaya Papua saat ini menghadapi tantangan, berhadapan dengan perkembangan teknologi hingga perkembangan politik terutama masuknya beragam investasi yang mengancam eksistensi situs-situs bersejarah di Papua.
“Misalnya noken yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia, apakah sudah diproteksi sedemikian rupa di daerah sebagai salah satu identitas yang dimiliki oleh orang Papua. Lalu tentang situs masuknya Injil di tanah Papua di Mansinam, apakah situs pekabaran Injil itu dijadikan sebagai situs bersejarah atau hanya sebatas nama dan simbol semata. Demikian juga Aitumeri di Wondama dan situs-situs di daerah lain di Papua,” ujar Filep.
Selain itu, Filep juga menyebutkan hilangnya sejumlah situs bersejarah di Teluk Bintuni yang diberitakan beberapa waktu lalu. Situs tersebut berupa sebuah gunung sejarah dari lima gunung sejarah yang masing-masing memiliki nama mengisyaratkan marga-marga yang hidup berdampingan di tanah kuri, yakni marga Pigo, Rensawa, Werbete, Yaumina dan Koke, yang selanjutnya melahirkan 12 marga besar yang tinggal di tanah Kuri.
Adapun situs sejarah Kuri ini lenyap akibat pembalakan hutan adat oleh perusahaan di daerah tersebut untuk pembangunan kantor milik perusahaan. Hal itu juga menuai protes keras tokoh adat setempat kepada pihak perusahaan yang sebelumnya juga telah menggusur situs sejarah gereja Daun milik suku Kuri.
“Menurut saya hari ini pemerintah bersama tokoh masyarakat, tokoh adat harus sinergis, berpikir kembali tentang ancaman kepunahan nilai-nilai budaya daerah. Persoalan ini penting disikapi jika kita menghendaki anak cucu kita kelak masih menyaksikan peradaban sejarah Papua, agar orang Papua tak hanya sebatas nama tanpa identitas,” katanya.
Filep menyarankan agar pemda dapat melindungi dan melestarikan cagar budaya Papua dengan sistem pengelolaan yang komprehensif. Diantaranya dengan memelihara autentisitas situs-situs bersejarah di Papua tetap kokoh berdiri, tak digusur oleh proyek apapun dan dijadikan sebagai sarana edukasi bagi masyarakat serta generasi yang akan datang.
Selain itu, Filep meminta agar adanya integrasi tentang sejarah dan peradaban Papua masuk dalam kurikulum pendidikan sebagai kearifan lokal atau muatan lokal. Bahkan menurutnya jika diperlukan dapat pula dimuat dalam sistem pendidikan yang diatur secara terperinci dalam peraturan-peraturan khusus di Papua.