BINTUNI, JAGAMELANESIA.COM – Kehidupan masyarakat Bintuni yang berada di tengah hutan yakni di daerah pusat eksploitasi hutan kayu Kampung Obo dan Naramasa Distrik Kuri Kabupaten Teluk Bintuni masih terdapat anak-anak usia sekolah yang belum tersentuh dunia pendidikan sama sekali.
Tim jagapapua.com berada di tengah hutan tersebut dan berjumpa dengan Ones dan Niko, Jumat (18/6). Keduanya adalah anak-anak usia sekolah namun belum mendapat pendidikan. Ones dan Niko mengikuti orang tua mereka hidup di hutan belantara dengan membangun tenda berdinding papan dan menjaga hutan mereka.
Keluarga Ones dan Niko juga menjaga sungai mereka yang menjadi lokasi penebangan hutan besar-besaran. Hutan tersebut habis ditebang oleh kebijakan yang tidak berpihak pada keseimbangan alam dan kelestarian hutan untuk anak-cucu Bintuni. Keluarga ini melihat seluruh pohon ditebang untuk kepentingan pihak tertentu, menontong kayu untuk dimuat dengan mesis-mesin besar.
Di pagi hari Ones dan Niko terlihat berlari-lari di atas bongkahan pohon yang berdiameter 60 cm. Kondisi yang jauh berbeda dengan suasana pagi di kota, anak-anak sedang belajar sedangkan Ones dan Niko tertawa polos dan terlihat gembira. Tim jagapapua.com mecoba mendekati keduanya dan bertanya apakah mereka ingin bersekolah.
“Ah… Tidak. Belum tong dua belum sekolah. Di sini tidak ada sekolah dan guru jadi mama dan bapa bawa kita orang ke sini. Kami tidak mau sekolah kaka,” ujar Ones dan Niko.
Selain Ones dan Niko, masih banyak anak-anak di daerah tersebut yang tidak mengenyam pendidikan di usianya. Sekitar 12 anak usia sekolah yang berada di bantaran sungai Naramasa dan hutan produksi kayu hampir tidak merasakan pendidikan. (MW)