JAGAMELANESIA.COM – Seorang pengacara dan pegiat HAM asal Indonesia, Veronica Koman, turut menanggapi insiden penembakan Oktavianus Rayo, seorang guru di Beoga Papua yang tewas tertembak oleh OPM beberapa waktu lalu. Veronica Koman menyebutkan bahwa insiden tersebut berkaitan dengan meningkatnya militerisme di Papua sejak 2019.
Menurut Veronica yang dikenal aktif melakukan advokasi isu-isu pelanggaran HAM di Papua, sejak saat itu TNI sering masuk ke sekolah-sekolah di Papua. Ia mengatakan hal itu menjadi latar belakang insiden Beoga yang menurutnya merupakan puncak akibat yang muncul dengan adanya tuduhan OPM bahwa guru di sekolah adalah TNI yang sedang menyamar.
“Guru dan dokter itu sangat dihormati dan dijaga oleh masyarakat di Papua. Pasca 2019 Papua meledak, militerisme makin meningkat, TNI jadi sering masuk ke sekolah-sekolah untuk indoktrinasi. Insiden Beoga adalah puncak gunung es, guru jadi dituduh OPM sebagai tentara yang menyamar,” ujarnya melalui akun Twitter pribadinya @VeronicaKoman pada Selasa (13/4).
Veronica mengatakan bahwa masyarakat Papua sangat menghormati dan menghargai guru. Menurutnya, insiden tersebut sangat mengguncang dan menyisakan duka cita yang mendalam di benak masyarakat Papua.
“Saya sampaikan ini supaya teman-teman yang sedang dan akan jadi guru di Papua paham akar insiden Beoga. Masyarakat dan pejabat Papua banyak yang terguncang, karena memang guru itu sangat dihargai di sana,” tutupnya. (UWR)