JAGAMELANESIA.COM – Sebanyak 4.000 ton beras impor dari Vietnam telah diterima Perusahaan Umum (Perum) Bulog Kantor Wilayah Papua dan Papua Barat. Kepala Bulog Kanwil Papua dan Papua Barat Guna Dharma mengatakan, 4.000 ton beras ini bagian dari total kuota impor dari Vietnam sebesar 11.000 ton yang sisanya akan dikirim pada Desember mendatang.
“Beras impor ini kuota kami di Papua itu sekitar 11.000 ton saat ini yang masuk ke Papua 4.000. Sedangkan sisanya akan masuk lagi antara Desember atau Januari,” ujarnya, dikutip dari Antara, Rabu (8/11/2023).
Ia menyebut, dengan penambahan 4.000 ton ini, total stok beras di gudang saat ini mencapai 43 ribu ton beras. Menurutnya, stok sebanyak itu akan dapat bertahan untuk memenuhi kebutuhan hingga enam bulan ke depan.
“Tadi malam kapal dari Vietnam sudah tiba, kini proses pembongkaran juga sudah dilakukan bersama dengan dinas terkait, Bea Cukai, kemudian Karantina Kesehatan dan Pelindo,” katanya.
Guna menyampaikan, usai proses pembukaan dari Bea Cukai, maka akan disalurkan untuk bantuan pangan, penyaluran beras untuk ASN TNI/POLRI, juga untuk Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dan beras cadangan untuk bencana.
“Proses pembongkaran sendiri memakan waktu empat hingga lima hari sehingga diharapkan masyarakat bisa bersabar,” katanya.
Pemda dorong warga tingkatkan konsumsi pangan lokal
Sementara itu, di provinsi Papua Barat, Penjabat Gubernur Ali Baham Temongmere mendorong masyarakat meningkatkan konsumsi pangan lokal, terutama mewajibkannya dalam setiap kegiatan pemerintahan. Bahkan, Ali mencanangkan siap mengalokasikan anggaran ke Bagian Umum di Sekretariat Daerah Papua Barat untuk mendorong konsumsi pangan lokal.
“Jadi setiap acara pemerintahan wajib sediakan makanan lokal, salah satu langkah mendukung ketahanan pangan di daerah, ini sejalan dengan instruksi presiden,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Menurutnya, hal ini merupakan langkah kebijakan untuk mengurangi ketergantungan pada beras. Selain itu, produksi beras secara nasional sedang mengalami penurunan akibat gagal panen di musim kemarau.
“Dalam rangka sosialisasi ketahanan pangan lokal, saya sampaikan pimpinan OPD mulai hari ini acara resmi di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, sajikan makanan lokal. Kalau mau makan nasi silakan pulang makan di rumah,” katanya.
Di Provinsi Papua, Pemprov Papua melalui Dinas Pertanian dan Pangan mendorong masyarakat mengonsumsi komoditas pangan lokal guna mengurangi ketergantungan kepada pangan impor.
“Kami terus mendorong masyarakat agar memanfaatkan pangan lokal seperti sagu, ubi jalar atau umbi-umbian pada umumnya serta komoditas hortikultura lainnya yang merupakan bahan lokal,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Provinsi Papua Samuel Siriwa.
Menurut Siriwa, jika dilihat dengan pemanfaatan komoditas sagu, umbi-umbian tersebut sangat besar persentase kebutuhan pangan di Papua karena membantu ketahanan pangan di daerah.
“Jadi kami harus mendorong pemanfaatan SDA sebagai contoh saat ini pemerintah telah melakukan penataan sagu di Kabupaten Jayapura seluas 200 hektare, kemudian di Kabupaten Keerom, Supiori, Waropen, Kepulauan Yapen,” ujarnya.
“Mari mencintai pangan lokal karena itu yang sebenarnya seusai dengan kondisi daerah dengan begitu tidak ketergantungan lagi dengan pangan impor,” tambah Samuel. (UWR)