BerandaHukumDua Insiden Kekerasan Terjadi Beruntun di Papua, Penegak Hukum Didesak Usut Pelaku...

Dua Insiden Kekerasan Terjadi Beruntun di Papua, Penegak Hukum Didesak Usut Pelaku Pembunuhan

PAPUA, JAGAMELANESIA.COM – Dua peristiwa kekerasan bersenjata hingga mengakibatkan jatuhnya korban jiwa terjadi beruntun di Provinsi Papua Pegunungan. Kejadian ini telah merenggut nyawa warga sipil dan beberapa warga lainnya mengalami luka-luka.

Pada Senin, 28 Agustus 2023, seorang aktivis perempuan bernama Michelle Kurisi dilaporkan meninggal dunia akibat dibunuh oleh sekelompok orang. Video detik-detik pembunuhan itu pun viral di media sosial.

Sehari sebelumnya, pada Minggu 27 Agustus 2023 pukul 13.30 WIT, telah terjadi dugaan perampokan dengan kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap para penambang di Kampung Kawe Lokasi Minning 63 Dokter (PETI) Kabupaten Pegunungan Bintang.

Insiden itu mengakibatkan dua orang penambang meninggal dunia dan lima penambang lainnya mengalami luka berat. Dua korban yang tewas itu berinisial LK (33) dan JU (41). Sedangkan penambang yang luka-luka bernama OB (45), JM (49), JFB (21), ALS (29), dan RS (56).

Kejadian ini seketika mendapat sorotan publik, diantaranya dari Amnesty International Indonesia. Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, mengatakan pihaknya mengecam kejadian pembunuhan di Kabupaten Jawawijaya dan perampokan dengan kekerasan di Kabupaten Pegunungan Bintang.

“Kami mengecam pembunuhan terhadap Michelle Kurisi. Kami mendesak pihak berwajib untuk mencari pelaku pembunuhan dan mengusut seluruh kekerasan yang terus bermunculan di Tanah Papua, termasuk perampokan dengan kekerasan di Pegunungan Bintang. Korban terus berjatuhan dari semua lapisan masyarakat. Ini mengoyak kedamaian masyarakat di Papua dan rasa kemanusiaan kita semua,” ujarnya dalam rilis pers, Rabu (30/8/2023).

Usman menegaskan, rantai kekerasan itu harus dihentikan lantaran tindakan kejam, tidak manusiawi, dan merendahkan martabat manusia yang terjadi selama dua pekan terakhir ini tidak bisa dibenarkan atas alasan apapun.

“Itu mencabut hak fundamental manusia untuk hidup. Setiap orang berhak hidup dan merasa aman. Penembakan dan segala bentuk kekerasan tak hanya mengancam nyawa, tetapi juga menimbulkan rasa takut dan trauma di masyarakat secara keseluruhan,” katanya.

Disebutkan, Kepolisan Daerah Papua menyatakan bahwa berdasarkan informasi yang mereka terima, pembunuhan Michelle Kurisi ini terjadi setelah korban diinterogasi mengenai tujuannya dalam perjalanan menuju ke Kwijawagi, dimana dia bermaksud mengumpulkan data tentang pengungsi warga Nduga. Namun kepolisian mengaku masih melakukan pendalaman dan investigasi lebih lanjut guna memverifikasi kebenaran informasi tersebut.

Berdasarkan data Amnesty International, pada 2018 hingga 2022, tercatat setidaknya 94 kasus pembunuhan di luar hukum yang melibatkan aparat TNI, Polri, petugas lembaga pemasyarakatan, dan kelompok pro-kemerdekaan Papua yang menewaskan setidaknya 179 warga sipil.

Dalam periode waktu yang sama, jumlah korban yang meninggal dari pihak TNI sebanyak 35 jiwa dari 24 kasus pembunuhan di luar hukum, 9 anggota Polri dari 8 kasus, dan 23 anggota kelompok pro-kemerdekaan Papua dari 17 kasus.

Oleh sebab itu, pihaknya meminta semua pihak untuk tidak membiarkan kejadian kekerasan berulang dan terus berlanjut. Usman juga mendesak aparat penegak hukum untuk mengusut para pelaku pembunuhan agar mempertanggungjawabkan perbuatannya.

“Kami mendesak semua pihak terutama yang berkonflik untuk segera menghentikan kekerasan di Tanah Papua. Kami menyerukan aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas insiden-insiden ini dan menangkap para pelakunya. Tanggung jawab hukum harus ditegakkan secara adil dan transparan terhadap siapa pun yang terlibat kekerasan di Tanah Papua,” tegas Usman. (UWR)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru