Labuha – Politik dinasti sudah cukup lama merasuki tubuh birokrasi di bangsa ini, mulai dari pusat hingga daerah tidak terkecuali di tingkat Kabupaten/Kota se-Provinsi Maluku Utara, dimana sistem politik dinasti ini telah diterapkan oleh sejumlah politisi kawakan, dan dipertontonkan ke masyarakat Malut sepanjang sejarah pemerintahan di negeri ini.
Dalam momentum Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) sertakan tahun 2024 ini, masih saja ada calon kepala daerah yang mana ini notabene terlahir dari politik dinasti, namun masih banyak juga calon kepala daerah yang tidak terlahir dari politik dinasti, melainkan mereka terlahir dari perjuangan serta kiprah politik mereka sendiri, tanpa mengandalkan kekuatan dan kekuasaan orang tua, paman, saudara maupun kerabat yang lainnya.
Hal ini seperti yang kita lihat di Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), ada satu tokoh politisi muda yang tampil bertarung di Pilkada Halsel, tanpa mengandalkan kekuatan dinasti dimana dia adalah Rusihan H. Jafar, calon Bupati Halsel nomor urut 2.
Sosok, Rusihan H. Jafar, lahir dan besar di Desa Guruapin, Kecamatan Kayoa, ia lahir dari kalangan keluarga yang sederhana dan memiliki kehidupan yang serba pas-pasan. Namun Rusihan kecil dengan penuh kegigihan dan tekad baja, ia pun mampu menyelesaikan pendidikannya selama 12 tahun dimulai dari SD hingga SMA di kampung halamannya.
Setelah lulus dari SMA Kartini Guruapin, Rusihan, yang mulai menginjak usia remaja itu pun memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya, di perguruan tinggi Universitas Khairun Ternate, pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), dan dinyatakan lulus sebagai Sarjana strata satu (S1), dengan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada tahun 2002.
Di tahun 2004, Cian sapaan akrab Rosihan H. Jafar, pun memberanikan diri untuk maju bertarung sebagai calon anggota DPRD Halsel, daerah pemilihan (Dapil) Makian-Kayoa, bersama Partai Amanat Nasional (PAN), berbekal dengan segudang pengalaman organisasi intra maupun ekstra kampus, Cian, muda inipun sukses bersaing dengan politis politisi senior Makian-Kayoa, dan berhasil meraih satu kursi untuk DPRD Halsel Periode 2004-2009.
Pada tahun 2009, Cian kembali bertarung di Dapil yang sama dengan partai yang sama pula yakni PAN, dan terpilih kembali menjadi anggota DPRD Halsel Periode 2009-2014, dengan posisi sebagai wakil ketua DPRD Halsel.
Pasca dua periode menjadi anggota DPRD Halsel, Cian dengan kiprah politiknya yang terbilang cukup gemilang di Halmahera Selatan ini, ia pun lalu memberanikan diri bertarung sebagai calon anggota DPRD Provinsi Maluku Utara, Dapil Halmahera Selatan periode 2014-2019 dan sukses meraih satu kursi bersama PAN.
Setelah kurang lebih 2 tahun menjadi anggota DPRD Malut, pada tahun 2016, Cian dengan ikhtiar politiknya memutuskan untuk mengundurkan diri dan maju sebagai calon Bupati Halsel periode 2016-2020, putusan politik sang petarung ini bisa dibilang cukup sulit. Namun itulah jiwa besar seorang Cian, yang mana ia tak kuasa melihat berbagai ketimpangan kekuasaan dan kebijakan penguasa saat itu, yang tidak berpihak pada rakyat kecil khusunya masyarakat Halsel.
Diketahui dalam pertarungan tersebut nasib baik belum berpihak pada sang petarung yang berjiwa besar ini, lalu kemudian pada tahun 2019, dirinya kembali bertarung pada momentum Pemilihan legislatif (Pileg), dan kembali terpilih sebagai anggota DPRD Malut dapil Halsel periode 2019-2024 bersama Partai Perindo.
Setelah 5 tahun menjadi anggota DPRD Malut, pada tahun 2024, Cian kembali bertarung sebagai calon anggota DPRD Malut dapil Halsel periode 2024-2029, dan lagi-lagi terpilih kembali akan tetapi mantan ketua komisi III DPRD Malut tersebut, mengundurkan diri sebelum dilantik dikarenakan maju bertarung di Pilkada Halsel periode 2024-2029.
Mundurnya Cian, dari DPRD Malut untuk bertarung sebagai calon kepala daerah di Halsel ini pun, seakan membawa angin segar dan kabar gembira bagi masyarakat Halsel, bahwa sosok pemimpin yang dirindukan telah kembali untuk membagi suka dan duka, serta mengabdikan dirinya secara utuh untuk kepentingan masyarakat Halsel, tanpa melihat suku, ras, maupun agama.
Inilah sederet jejak politik sang petarung sejati, yang mampu berdiri diatas kaki sendiri dan mampu mengukir perjalanan politiknya, yang dibilang cukup gemilang tanpa mengharapkan dorongan penguasa maupun dinasti kekuasaan.