BerandaEkonomiMasyarakat Keluhkan Kenaikan Harga Beras di Pasar Sentral Bintuni

Masyarakat Keluhkan Kenaikan Harga Beras di Pasar Sentral Bintuni

BINTUNI, JAGAMELANESIA.COM – Masyarakat di kabupaten Teluk Bintuni mengeluhkan tingginya harga beras saat ini, diantaranya di Pasar Sentral Bintuni. Berdasar survei awak media ke pasar sentral ini, kenaikan harga beras di pengecer bervariasi. Beras premium dari berbagai merek dihargai sekitar Rp. 20.000,- hingga Rp 23.000,- perkilonya.

Menurut penuturan salah seorang pembeli, kenaikan harga ini terjadi mulai dari bulan Februari hingga juli ini. Ia mengaatakan, kondisi ini menyebabkan masyarakat Bintuni berpanghasilan menengah hanya mampu membeli 2 hingga 5 kilo yang dikonsumsi oleh 5 sampai 6 orang dalam keluarga

“Dan itu hanya mampu bertahan hingga 2 hari. Selanjutnya, mayoritas masyarakat melakukan selingan dengan beralih pada pangan lokal seperti sagu, ubi dan lainnya,” ujarnya kepada  awak media, Senin (29/7/2024).

“Saya mempunyai 5 anak ditambah saya sendiri dan suami saya, kami hanya bisa membeli mengkonsumsi nasi/beras dalam seminggu 2 kali. Selebihnya kami konsumsi sagu, atau juga pisang dan ubi. Hari ini saya bisa membeli 3 kilo beras premium dengan harga Rp. 20.000 perkilo, saya punya uang hanya Rp. 100.000 untuk membeli beras sisanya untuk sayur dan lainnya,” sambung dia.

Mama pembeli ini lantas berharap adanya intervensi dari pemerintah dalam menanggapi kenaikan harga beras sehingga harga dapat kembali stabil. Pasalnya, masyarakat meresahkan hal ini karena tidak sebanding dengan kemampuan finansial yang dimiliki.

“Terus terang saja kami berharap pemerintah bisa menstabilkan harga beras karena harga beras di pasar Bintuni ini tidak stabil. Tadi saya tanya di penjual beras di dalam pasar sentral Bintuni, disebutkan bahwa beras premium yang sama harganya Rp. 23.000 perkilonya dan yang lain menjual dengan harga Rp. 20.000,-“ ungkap dia.

“Kalau beberapa bulan lalu saya pernah beli beras yang sama di harga Rp.17.000,- perkilo kalau tidak salah di bulan empat, tapi sekarang harga beras perkilo terus terang saya kewalahan. Apalagi kami hanya masyarakat biasa. Terus terang untuk saat ini kami tidak bisa membeli beras dengan karung seperti 10 kilo atau 15 kilo,” tambahnya.

Kondisi ini pun sejalan dengan hal yang diungkapkan Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Esther Sri Astuti yang menekankan bahwa pemerintah dalam hal ini Bulog harus dapat menekan kenaikan harga beras dengan memastikan jalur distribusi kepada masyarakat.

“Jangan sampai distribusi tidak lancar, sehingga menyebabkan harga beras tinggi,” ujarnya dikutip dari wartakotalive, Sabtu, (27/7/2024).

Esther juga memandang pemerintah dalam hal ini Bulog pimpinan Bayu Krisnamurthi dapat mengkalkulasi dengan tepat kebutuhan beras masyarakat se-nusantara, sehingga kenaikan harga juga dapat diredam.

Sementara itu, salah seorang penjual beras di Bintuni, Kolem menyampaikan sejak Februari harga beras tidak menentu. Ia pun menjual harga beras premium perkilo Rp. 20.000,- Ia pun mengeluhkan beras tak segera terjual lantaran harga jual mahal.

“Dan saya kewalahan juga karena beras belum terjual. Masyarakat lebih cenderung membeli literan atau kiloan saja. Hal ini membuat kami cukup kewalahan karena masih banyak beras yang menumpuk. Sehingga saya menjual dengan harga eceran Rp. 20.000,- perkilo agar masyarakat dapat menjangkau,” sebutnya.

“Kalau soal keuntungan, ya tidak menentu. Karena berasnya masih banyak yang belum terjual. Harga tidak stabil mungkin sudah dari sananya dan mungkin saja gagal panen,” pungkasnya. (MW)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru