PAPUA, JAGAMELANESIA.COM – Warga di Papua tertipu hingga lebih dari RP 1 miliar oleh penipu yang berinisial FC yang menjanjikan akan meloloskan anaknya masuk Akademi Kepolisian (Akpol). FC menjanjikan kepada korban bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk memastikan kelulusan anak korban dalam seleksi Akpol.
“Korban dipercayai oleh foto-foto yang ditunjukkan oleh tersangka, yang menunjukkan tersangka sedang berada di Mabes Polri dan mendeklarasikan bahwa ia memiliki kenalan dengan pejabat tinggi di Polri,” jelas Kabid Humas Polda Papua Kombes. Pol. Ignatius Benny Ady dalam keterangan tertulis, Jumat (20/10/23).
Terkait kronologinya, Dir Reskrimum Polda Papua, Kombes. Pol. Arif Bastari, SIK, MH menambahkan bahwa korban yang mempercayai janji FC, mengirimkan sejumlah uang kepada tersangka hingga mencapai total sekitar Rp1,035 miliar.
Akan tetapi anak korban dinyatakan tidak lulus dalam daftar hasil seleksi yang diumumkan. Mendapai hal itu, korban mencoba menghubungi tersangka FC, namun tidak berhasil hingga akhirnya membuat laporan kepada aparat kepolisian.
“Saat ini tersangka telah diamankan oleh Dit Reskrimum Polda Papua pada tanggal 2 September 2023. Kami juga tengah melengkapi berkas yang diperlukan untuk menjalankan proses hukum selanjutnya,” ujar Dir Reskrimum.
Di sisi lain, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meminta pemerintah daerah memberdayakan dengan maksimal potensi kecerdasan anak muda Papua. Muhadjir menyebut, apabila para pimpinan di Papua mampu menguliahkan anak-anak ke perguruan tinggi ternama atau akademi militer/kepolisian (Akmil/Akpol), maka harus mampu menguliahkan anak-anak masyarakat juga.
“Potensi anak muda Papua harus diberdayakan, banyak sebetulnya anak-anak cerdas yang bisa diberdayakan oleh pemerintah daerah, mereka harus dilibatkan,” ujar Muhadjir, Rabu (18/10/2023).
Di kesempatan itu, Menko PMK juga menjelaskan, terdapat tiga pendekatan penting yang harus dilakukan dalam mengatasi keterlambatan pembangunan di Papua, yakni pendekatan budaya, kesadaran, dan sosial. Tiga pendekatan ini menurutnya jauh lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan ‘bunyi-bunyian’ (pendekatan keamanan) yang selama ini dilakukan.
Dalam kesempatan yang sama, Didik Suhardi selaku Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK mengatakan, upaya memajukan Indonesia juga perlu dilihat di wilayah Papua. Papua memiliki hak yang sama untuk maju dan dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakatnya seperti daerah lain.
“Karena Indonesia didorong untuk maju, maka Papua juga harus maju, sebagaimana kita berupaya memajukan daerah lainnya,” ujar Didik. (UWR)