JAGAMELANESIA.COM – Tokoh Papua Natalius Pigai menilai gurauan atau guyonan ‘kopi susu’ Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri kepada John Wempi Wetipo yang saat ini menjabat sebagai Wakil Menteri Dalam Negeri bermakna segregatif, rasial dan plasphemy.
Hal itu diungkapkan Natalius Pigai melalui akun media sosialnya, Jumat, (17/6/2022). Menurutnya, hal itu berbeda bila menggunakan frasa ‘pelangi’ yang bermakna plural.
“Kopi Susu itu bermakna segregatif, rasial & plasphemy. Berbeda dgn Penggunaan Frasa “Pelangi” yg bermakna Plural,” tulisnya.
Lebih lanjut, Natalius meminta Megawati menjelaskan ungkapannya kepada Wamendagri itu yang disampaikan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Ia menekankan, bahwa rasisme sangat menyakitkan.
“Saya minta ibu Megawati menjelaskan alam bawah sadarnya itu. Kita tahu aparat tdk akan proses. Tapi harus tahu bahwa RASISME itu menyakitkan!,” ungkap Natalius.
Pada kesempatan lain, Natalius menyebut, sebagai seorang tokoh bangsa dan negarawan, setiap pernyataan yang dikeluarkan Megawati semua penuh makna atau sinyal-sinyal politik.
“Jadi tidak asal ucapan sesaat begitu saja, yang mengatakan bahwa kopi susu itu sama saja dengan kamu itu kan diperkuat juga oleh Hasto dalam konteks kopi itu hitam, susu itu putih,” ucapnya, dikutip dari pikiran rakyat, Sabtu (18/6/2022).
“Ibu Mega itu tidak tahu atau Hasto itu tidak tahu bahwa Justru orang kulit hitam di dunia itu korban rasisme sampai sekarang lebih dari 700 tahun, itu karena kata warna itu, warna hitam,” rambahnya.
Nalaius lantas menyebutkan persoalan ‘warna kulit’ saat orang Spanyol dan Portugis menyebut orang kulit hitam sebagai negro, dan disebut black men di Amerika Serikat (AS)
“Jadi Negro dan black man itu adalah warna kulit, sama dengan yang sekarang Hasto sudah menyatakan bahwa itu kopi susu itu adalah warna. Berarti ya orang Indonesia yang bernama Ibu Mega dan tokoh-tokoh nasional termasuk Hasto itu melabeli kami itu kulit berwarna,” ujarnya.
Oleh sebab itu, menurutnya, di Amerika sebutan itu lebih disebut sebagai African-American dan tidak lagi disebut orang-orang yang berkulit atau negro atau black men karena itu penghinaan.
“Karena itulah menurut saya, saya memahami bahwa kopi susu itu biasanya lebih berorientasi pada segregatif rasialistik dan diskriminatif dan merendahkan martabat atau mempertegas perbedaan bahwa ‘kamu itu warna lain dengan kami’ begitu,” ujarnya.
Ia menjelaskan, hal itu akan berbeda makna apabila Megawati menyebut pelangi sebagai penyebutan yang lebih pluralistik.
“Nah Ibu Mega menyatakan kami orang Papua itu berbeda dengan dia begitu, dia berbeda dengan kami. Sedangkan Indonesia itu ada 700 suku dan 1013 bahasa, kalau dia dalam konteks kebangsaan maka harus pakai pelangi Indonesia yang dimana menyebut ini salah satu warna dari 700 suku tersebut yang disebut ini Pelangi bangsa atau kebhinekaan bangsa,” tuturnya.
“Bayangkan seorang anak Soekarno aja alam bawah sadar itu mengungkapkan perbedaan, karena kan rasialisme itu muncul yang pertama itu dari kata-kata seperti tadi negro kemudian di Amerika selanjutnya adalah ada ideologi yang muncul yaitu segregasi perbedaan,” tambahnya.
Sebelumnya, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyebut dirinya dengan Wempi layaknya kopi susu.
“Tadi secara bergurau, disampaikan oleh Ibu Mega bahwa Bapak Wempi dan Bu Mega bagaikan kopi susu, karena Bu Mega Putih dan Pak Wempi itu hitam,” kata Hasto kepada wartawan di Lenteng Agung, Kamis, 16 Juni 2022.
Menurut Hasto, hitamnya Wempi Wetipo mengandung spirit sebagai orang Indonesia yang berasal dari Papua yang kokoh dalam prinsip sebagai kader partai. Hasto kemudian menyontohkan saat Wempi menanyakan apakah penugasan dirinya sebagai Wamendagri telah disetujui Megawati selaku Ketum PDIP.
Hal itu mengingat, tanpa persetujuan Ketum PDIP, Wempi tidak dapat menjalankan tugas yang diberikan Presiden tersebut.
“Sebelum mendapat penugasan dari Bapak Presiden sebagai Wakil Menteri Dalam Negeri, Pak Wempi bertemu saya dan menanyakan apakah penugasan tersebut disetujui Ibu Mega,” ujarnya.
“Ini contoh kedisiplinan dari seorang Wempi. Dia dua kali menjadi Bupati, sehingga penugasan sebagai Wakil Menteri Dalam Negeri, tentu saja tugasnya membantu Menteri Dalam Negeri Bapak Tito Karnavian,” sambungnya. (UWR)