MAYBRAT, JAGAMELANESIA.COM – Pasca penyerangan Pos TNI Koramil Persiapan Kisor pada 2 September 2021 lalu, sebanyak 3.121 orang di Maybrat Papua Barat dilaporkan mengungsi. Ribuan warga ini berupaya mengamankan diri dengan mengungsi di hutan dan perkampungan lain yang tersebar di 5 distrik diantaranya di Kampung Aisu, Distrik Aifat Timur dan Aifat Selatan akibat konflik bersenjata TNI/Polri dengan KKB Papua.
Kondisi warga di pengungsian menemui berbagai kendala dan keterbatasan terutama para warga pengungsi di hutan. Bahkan seorang anak telah meninggal dunia akibat sakit di tempat pengungsian. Lebih dari 3 bulan mengungsi, warga berharap untuk dipulangkan ke rumah masing-masing dan diberikan jaminan perlindungan keamanan. Warga ingin merayakan Natal dengan tenang, aman dan damai.
Ketua Komnas Perempuan Andy Yentriyani mengunjungi warga Maybrat di pengungsian. Andy menemui beberapa pengungsi perempuan. Menurutnya, para pengungsi perempuan ini mengaku merasa menjadi beban keluarga yang menampung mereka.
Para pengungsi ini juga menginginkan kembali ke rumah mereka dan ingin menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa. Menurut Andy, para pengungsi juga menginginkan jaminan keamanan atas diri, keluarga dan warga pengungsi lain.
“Mereka rindu kampung dan rumahnya, serta ingin pulang menjalani hidup seperti semula, yang tentunya mendapat jaminan keamanan,” kata dia, dikutip dari Antara, Kamis (9/12/2021).
Menanggapi permintaan itu, Andy mengaku pihaknya akan berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait untuk dapat memulangkan kembali para pengungsi. Andy mengatakan, Komnas Perempuan selalu memberikan perhatian kepada kaum perempuan dan berupaya memperjuangkan pemenuhan hak-hak perempuan.
Mahasiswa Minta TNI/Polri Tak Lakukan Intimidasi
Seorang perwakilan mahasiswa Aifat Fabianus Mate meminta agar TNI/Polri tak melakukan intimidasi terhadap warga. Ia mengatakan, masyarakat sudah mengungsi di ibu kota kabupaten, akan tetapi pihak TNI masih melakukan intimidasi dan menangkap mereka sewenang-wenang.
“Terkait dengan intimidasi yang dilakukan aparat TNI/POLRI di wilayah Kumurkek Kabupaten Maybrat, memang perlu menjadi perhatian. Harapan kami dari mahasiswa, berharap pihak TNI dan POLRI segera menarik mundur pasukan,” ujar Fabianus, dikutip dari Tribun Papua, Rabu (8/12/2021).
Menurutnya, sekitar 10 warga termasuk pelajar dan anak di bawah umur turut diamankan oleh aparat. Ia menilai hal itu tindakan yang berlebihan.
Sementara itu, seorang pengungsi lain mengatakan, kondisi para pengungsi mengalami banyak keterbatasan. Mereka berupaya sendiri untuk memenuhi kebutuhan makan, minum dan tempat menginap, terutama bagi warga yang mengungsi di tengah hutan. Seluruhnya ingin kembali ke rumah masing-masing dan menginginkan jaminan keamanan.
Komnas HAM Papua Akan Fasilitasi Pengungsi ke Kisor
Ketua Perwakilan Komnas Papua dan Papua Barat, Frits Bernard Ramandey mengatakan, pihaknya akan memfasilitasi pengungsi untuk sementara waktu kembali ke Kisor. Menurut Frits, sebanyak 6 kampung akan diupayakan kembali sekaligus sebagai peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) se- dunia pada 10 Desember 2021 dan menjelang perayaan Natal mendatang.
“Masyarakat di Maybrat agar besok mereka yang terdampak langsung di Kisor, ada 6 kampung itu, kita upayakan bisa kembali ke Kisor untuk melihat barang-barang mereka,” jelasnya, dilansir dari Tribun Papua (8/12).
Ia mengaku juga telah berkomunikasi dengan kepala kampung, distrik hingga pemerintah kabupaten Maybrat terkait upaya tersebut. Ia mengatakan, pihaknya membutuhkan dukungan dari semua pihak termasuk TNI/Polri serta masyarakat pada umumnya. Sementara itu, pihaknya juga tengah melakukan trauma healing guna memulihkan kondisi psikologis pengungsi.
“Dan ini tentu membutuhkan dukungan semua pihak, bukan hanya TNI dan POLRI, tetapi bagaimana partisipasi struktur di tingkatan lokal,” sambungnya. (UWR)