JAYAPURA – bertempat di halaman kantor Majelis Rakyat Papua (MRP) kota Jayapura, digelar pameran budaya Papua dan barang kerajinan khas Papua dari lima wilayah adat Papua. Acara diadakan dalam rangka memperingati hari ulang tahun Majelis Rakyat Papua (MRP) yang ke 16 tahun, Rabu 27/10/2021.
Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari itu, selain pameran budaya Papua dan kerajinan khas Papua, juga diikuti dengan peluncuran buku dan album khas Papua. Tak hanya itu, panitia juga menawarkan beraneka ragam cita rasa kopi dari wilayah Papua.
“Disini kami menghadirkan kerajinan tangan khas Papua dari 5 wilayah adat di provinsi Papua, yaitu dari wilayah Tabi/Mamta, Saireri, Lapago, Meepago, dan Animha. Juga tersedia kopi dari pegunungan papua. Kemudian, hari Sabtu nanti, peluncuran lagu lagu bahasa daerah yang akan digelar di cafe Reggae Holtekam.” ucap ketua MRP, Timotius Murib dalam sambutannya.
Timotius Murib mengatakan bahwa peringatan hari jadi Majelis Rakyat Papua (MRP) akan menjadi momentum untuk merefleksikan keberhasilan dan apa saja yang telah dilakukan selama 16 tahun MRP berdiri. Dikatakannya, salah satu stand buku menampilkan apa saja yang telah di kerjakan MRP, Semua telah dirangkum dalam satu buku yang diterbitkan MRP sebanyak 20 ribu eksamplar. ucapnya.
“selama 16 tahun, apa saja yang di lakukan oleh MRP? Yang sesuai dengan visi dan misi penyelamatan tanah dan manusia untuk mewujudkan keberpihakan, perlindungan, dan pemberdayaan orang asli Papua? Semua ada, dan dibuat dalam satu buka dan diberikan gratis, siapa saja dapat memilikinya dan dibaca, sehingga masyarakat tahu apa saja yang sudah kami lakukan”. ucap Murib.
Sementara itu, di akhir wawancaranya, Timotius Murib sebagai ketua MRP mengungkapkan kekecewaan kepada Presiden Joko Widodo. Terhitung 13 kali mendatangi Papua, beliau tidak pernah mendatangi, menginjakkan kaki dikantor MRP yang merupakan honai orang-orang Papua.
“ya saya kesal, kecewa. Presiden sudah 13 kali datang ke papua namun tidak pernah datang di sini. Kantor MRP adalah honai masyarakat Papua. MRPmerupakan representasi kultural yang resmi dibentuk negara, seharusnya presiden datang dan singgah dikantor ini. Dan kemudian kita duduk bersama-sama bicara sehingga aspirasi masyarakat Papua bisa dibangun kembali,dari sabang sampai matahari terbit.” Ucapnya.
Dirinya menambahkan karena presiden tidak pernah menyinggahi kantor MRP, menurutnya Jokowi tidak memahami aspirasi Orang Asli Papua. Termasuk dalam perubahan undang-undang nomor 21 tahun 2001 tentang otonomi khusus Papua (UU Otsus Papua).
“Jokowi itu orang baik, presiden baik, seharusnya ketika ke Papua, kami berharap dapat menyinggahi honai kami, honai orang Papua, yaitu kantor MRP”. tutupnya. (LR)